konseling traits and factor
Edmund G. Williamson
Latar Belakang Sejarah.
Teori ini tergolong pada pandangan kognitif atau pendekatan rasional.Pendekatan ini mencoba secara intelektual dan rasional menerangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi klien, cara pemecahan kesulitan-kesulitan serta proses konselingnya didekati secara logis rasional.
Konseling dengan pendekatan trait and factor yang dipelopori oleh Williamson ini disebut pula konseling yang mengarahkan (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya kepada pemecahan kesulitannya. Maka konseling yang directive ini disebut pula counseling centered atau konseling yang berpusat pada konselor. Dan konseling semacam inilah yang banyak dilakukan disekolah-sekolah baik diluar negeri maupun di negara kita. Berbicara tentang trait and factor, senantiasa dihubungkan dengan universitas Minnesota yang termasuk didalamnya Walter Bingham, John Darley,Paterson, dan E.G.Williamson. Dalam bekerjanya, tokoh-tokoh pendekatan ini banyak menggunakan alat pengukur terhadap atribut klien seperti:bakat, kemampuan, minat, tingkah laku dan kepribadiannya.
Dari hasil pengukuran tersebut dapat diramalkan dan diarahkan pendidikan dan jabatan apa yang cocok bagi klien sehingga dapat membahagiakan hidupnya. Dengan hasil pengolahan test atau angket dan alat pengukur lainnya dapat diramalkan pula apa yang akan diperbuat oleh klien dalam situasi tertentu.
Menurut teori trait dan factor, kepribadian merupakan suatu system sifat atau suatu factor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Teori ini juga berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia ditentukan oleh factor pembawaan maupun lingkungannya. Pada tiap orang ada sifat-sifat yang umum dan sifat yang khusus terdapat pada seseorang, yang merupakan sifat yang unik. Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi hingga dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan factor. Telah banyak diusahakan untuk membuat kategori orang-orang atas dasar dimensi macam-macam sifat.Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah: (1)mengukur dan menilai ciri-ciri seseorang dengan test psikologis, (2)mendefinisikan atau menggambarkan diri seseorang, (3)membantu orang untuk memahami diri dan lingkungannya, dan (4)memprediksi keberhasilan yang mungkin dicapai dimasa mendatang. Hasil yang mendasar bagi konseling sifat dan factor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Pencapaian penemuan diri menghasilkan kepuasan intrinsic dan memperkuat usaha untuk mewujudkan diri.
Williamson mencatat bahwa “landasan konsep konseling modern” adalah terletak dalam asumsi individualitas yang unik dari setiap anak dan identifikasi keunikan tersebut dengan menggunakan pengukuran objektif sebagai lawan dari tekhnik perkiraan subjektif. Para ahli psikologi telah lama mencoba instrument yang dapat mengukur dan menilai individu secaara objektif untuk digunakan dalam konseling baik dalam pendidikan maupun vokasional. Dengan mengidentifikasikan ciri dan factor individu, konselor dapat membantunya dalam memilih progam studi, mata kuliah, perguruan tinggi, dan sebagainya secara rasional serta membuat perkiraan keberhasilan dimasa yang akan datang.
Maksud konseling menurut Williamson adalah untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia. Dikatakan selanjutnya bahwa tugas konseling sifat dan faktor adalah membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri. Dalam hubungan konseling, individu diharapkan mampu menghadapi, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalahnya. Dari pengalaman ini individu belajar untuk menghadapi situasi konflik di masa mendatang.
PANDANGAN HAKEKAT MANUSIA
Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk. Manusia be rgatung dan hanya berkembang secara optimal di tengah- tengah masyarakat. Manusia selalu ingin mencapai hidup yang baik (good life). Manusia banyak berhadapan dengan banyak pilihan-pilihan yang dintrodusir oleh berbagai pihak. Manusia merupakan individu yang unik memiliki cirri-ciri yang bersifat umum. Manusia bukan penerima pasif atas pembawaan dan lingkungannya.
PERANAN KONSELOR
Menempatkan diri sebagai guru. Bersedia mengarahkan klien kearah yang lebih baik. Tidak netral sepenuhnya terhadap nilai-nilai. Menerapkan strategi pengubahan perilaku. Mengajar individu belajar. Mengajar individu mengenali motivasi-motivasinya. Mengajar individu mengubah perilakunya menjadi perilakunya menjadi perilaku yang memadai untuk mencapai untuk mencapai tujuan pribadinya.
TUJUAN KONSELING
Konseling bertujuan untuk mengajak klien berpikir mengenai dirinya dan menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari masalah tersebut. Untuk itu secara umum konseling trait and factor dimaksud untuk membantu klien mengalami:
a. Klarifikasi – diri – (self- clarification)
b. Pemahaman – diri – (self - understanding)
c. Pengarahan – diri (self - acceptance)
d. Pengarahan – diri (self - direction)
e. Aktualisasi – diri (self - actualization)
TEHNIK KONSELING
a. Menciptakan hubungan baik. Untuk menciptakan hubungan baik , konselor perlu menciptakan suasana hangat, bersikap ramah dan akrab, dan menghilangkan kemungkinan situasi bersifat mengancam.
b. Mengembagkan pemahaman diri. Usaha pertama konselor adalah membantu klien mampu memahami diri sendiri yang mencakup segala kelebihan dan kelemahannya. Selanjutnya , klien di Bantu mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan kelebihannya. Tehnik ini harus menjadi perhatian utama konselor pada tahap analisis, sintesis, dan diagnotis.
c. Menasehati atau merencanakan program tindakan. Tugas konselor setelah membantu klien mengenali dirinya adalah membantu klien merencanakan program tindakan. Oleh karena pemahaman konselor yang relative terbatas, maka dalam mengembangkan alternative penyelesaian masalah , konselor hendaknya tidak selalu menggunakan saran persuasive atau saran eksplanatori.
d. Pelaksanaan rencana. Rencana program tindakan yang telah dibuat dan yang telah disertai dengan pengujian kelebihan dan kekurangan maka diikuti pengambilan keputusan klien untuk dilaksanakan.
e. Rujukan . Pada dasarnya tidak semua masalah klien dapat dibantu oleh konselor. Kemampuan konselor ada batas-batasnya, maka konselor hendaknya mengirim klien kepada pihak lain yag lebih berwenang.
PROSES KONSELING
Konseling berlangsung dalam enam tahap pokok yaitu analisis , sintesis, diagnosis, pronosis, konseling (treatment), dan follow-up. Setiap tahap dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.
a. Analisis.
Analisis merupakan langkah awal konseling Trait & factor yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang diri klien dan latar kehidupannya. Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk memperoleh pemahaman tentang diri klien sehubungan dengan syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian diri , baik untuk masa sekarang maupun yang akan datang.
b. Sintesis.
Sintesis merupakan usaha merangkum , menggolong-golongkan serta menghubung- hubungkan data yang telah dikumpulkan sehingga tergambarkan keseluruhan pribadi klien . Gambaran kelebihan dan kelebihan klien akan dilukiskan pada tahap ini.
c. Diagnosis
Diagnosis merupakan langkah menarik kesimpulan logis mengenai masalah- masalah yang dihadapi klien atas dasar gambaran pribadi klien hasil analisis dan sintesis. Pada tahap ini dilakukan tiga kegiatan yaitu mengidentifikasi masalah, merumuskan sumber-sumber penyebab masalah (etiologi), dan sekaligus melakukan prognogis(= tahap 4 proses konseling).
- Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dirumuska masalah yang dihadapi klien saat ini, penentuan masalah dapat dila kukan atas dasar kategori yang dikemukakan oleh Bordin atau pepinsky. Kategori masalah tersebut sebagai berikut :
Bordin :
1. Dependen
2. Lack of information
3. Self - conflicts
4. Choice- anxiety
5. No problems
Pepinsky :
1. Lack of assurance
2. Lack of information
3. Lack of skill
4. Dependence
5. Self conflicts
-Etiologi
Langkah ini merupakan menentukan sebab-sebab timbulnya masalah. Ada dua sumber masalah,yakni sumber internal dan sumber eksternal. Kegiatan pada tahap ini meliputi pencarian hubungan antara masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Jika terdapat hanya sedikit atau tidak ada hasil penelitian ilmiah atau pengetahuan berdasar perkiraan rasional dalam hubungan dengan sebab-sebab gejala, konselor dapat juga menggunakan intuisinya untuk menduga sebab-sebab itu yang kemudian dicek dengan logika maupun reaksi klien. Dalam mencari sebab dapat digunakan data yang terungkap pada tahap analisis , namun konselor harus dapat membedakan antara sebab dengan hubungan yang sederhana sifatnya.
-Pronogis (= tahap 4 dalam konseling)
Williamson menyatakan bahwa prognosis merupakan proses yang tidak terpisahkan dari diagnosis. Prognosis berkaita dengan upaya untuk memprediksi kemungkinan – kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan daa yang ada. Sebagai contoh, jika klien intelegensinya rendah, maka ia akan rendah pula prestasi belajarnya ; jika ia tidak berminat pada suatu tugas / pekerjaan, maka ia akan gagal memperoleh kepuasan dalam bidang kerja tersebut; jika klien rendah bakatnya dibidang mekanik, maka kemungkinan besar ia akan gagal memperoleh kepuasan dalam bidang kerja tersebut ; jika klien rendah bakatnya dibidang mekanik, maka kemungkinan besar ia akan gagal studi pada program studi tekhnik mesin.
d. Konseling.
Konseling dapat dipandang sebagai keseluruhan proses pemberian bantuan , tetapi juga dapat dipandang sebagai salah satu tahap proses konseling. Konseling selalu di pandang sebagai salah satu tahap berarti pada hakekatnya tahap-tahap sebelumnya analisis, sintesis, diagnosis, dan prognosis dapat dilakukan konselor sebelum konseling. Pada tahap konseling dilakukan pengembangan alternative pemecahan masalah, pengujian alternative, dan pengambilan keputusan.
- Pengembagan alternative pemecahan masalah
Pada hakikatnya konseling dimaksudkan untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi klien. Beberapa strategi yang dapat ditempuh dalam pengembangan alternative terdiri atas Forcing Conformity, Changing Attitude, Learning The , Changing Environment, Selecting The Appropriate Environment.
• Forcing Conformity, suatu saat klie dihadapkan pada posisi yang tidak mengenakkan. Ia harus melaksanakan tugas-tugas hidup yang di satu sisi ia harus jalani , maupun pada sisi lainnya ia tidak senang untuk melaksanakan. Pada posisi tidak ada pilihan ini, apabila klien ingin mencapai tujuan hidupnya ia harus lakukan juga. Sebagai contoh, klien dihadapkan pada posisi ia tidak senang dengan guru matematika , sedangkan guru itu satu-satuya di sekolah. Pada posisi ini klien harus mengikuti pelajaran matematika kalau ia ingin lulus dari sekolah tersebut.
• Changing Atittude, dalam berbagai kasus , masalah klien dapat diselesaikan melalui megubah sikap-sikap yang ditampilkan selama ini yang diduga menjadi penyebab timbulnya masalah yang dialami klien. Sebagai ilustrasi, seorang siswa / mahasiswa mengalami masalah pergaulan dengan teman disekolah / kampus, karena dimata teman bergaul, namun karena sifat hidupnya membuat ia tidak disenangi teman. Oleh karena itu , klien harus mengubah sikap-sikap yang tidak disukai kawan.
• Learning The Needed Skills, banyak klien yang gagal mencapai tujuan , karena ia tidak terampil, sebagai contohndah, karena ia tidak dapat memakai alat tulis secara benar, ia tidak terampil membaca, ia tidak bias mengemukakan pendapat. Contoh lain, lien tidak bisa memilih teman akrab , karena ia tidak terampil memulai pembicaraan , ia tidak memiliki rasa humor, ia tidak bisa merespon secara memadai atas pendapat kawan sekolah.
• Selecting The Appropriate Environment,dalam keadaan tertentu perubahan sikap dan perilaku klien sulit dilaukan karena lingkungan yang tidak memungkinkan untuk melakukan perilaku-perilaku yang dimaui.
• Changing Environment, beberapa masalah timbul karena lingkungan yang tidak mendukung . Misalnya, seorang hendak melakukan diet, tetapi dalam keluarga selalu tersedia makanan kecil. Mahasiswa kost pada kamar dan sekaligus ruang belajar dalam keadaan semrawut. Kedua keadaan menunjukan perlunya perubahan . ketika diet dijalankan , mestinya tidak disediakan makanan kecil disekitar rumah. Untuk belajar dengan nyaman , ruang belajar yang sekaligus kamar tidur di tata sedemikian rupa.
• Pengujian alternative pemecahan masalah
Diantara sejumlah alternative yang dikembangkan manakah yang akan diimplementasikan ? Untuk menentukkan mana alternative yang akan diimplementasikan perlu di uji kelebihan dan kelemahan , keuntungan dan kerugian , factor-faktor pendukung dan factor-faktor penghambat apabila alternative tersebut dilaksanakan.
• Pengambialn Keputusan
Alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang diujikan ditentukan manakah yang dilaksanakan. Syarat yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif yaitu hal ketepan denagn masalah klien, kegunaan alternatif bagi klien dan feasibilitas alternatif yang dipilih.
Latar Belakang Sejarah.
Teori ini tergolong pada pandangan kognitif atau pendekatan rasional.Pendekatan ini mencoba secara intelektual dan rasional menerangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi klien, cara pemecahan kesulitan-kesulitan serta proses konselingnya didekati secara logis rasional.
Konseling dengan pendekatan trait and factor yang dipelopori oleh Williamson ini disebut pula konseling yang mengarahkan (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya kepada pemecahan kesulitannya. Maka konseling yang directive ini disebut pula counseling centered atau konseling yang berpusat pada konselor. Dan konseling semacam inilah yang banyak dilakukan disekolah-sekolah baik diluar negeri maupun di negara kita. Berbicara tentang trait and factor, senantiasa dihubungkan dengan universitas Minnesota yang termasuk didalamnya Walter Bingham, John Darley,Paterson, dan E.G.Williamson. Dalam bekerjanya, tokoh-tokoh pendekatan ini banyak menggunakan alat pengukur terhadap atribut klien seperti:bakat, kemampuan, minat, tingkah laku dan kepribadiannya.
Dari hasil pengukuran tersebut dapat diramalkan dan diarahkan pendidikan dan jabatan apa yang cocok bagi klien sehingga dapat membahagiakan hidupnya. Dengan hasil pengolahan test atau angket dan alat pengukur lainnya dapat diramalkan pula apa yang akan diperbuat oleh klien dalam situasi tertentu.
Menurut teori trait dan factor, kepribadian merupakan suatu system sifat atau suatu factor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Teori ini juga berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia ditentukan oleh factor pembawaan maupun lingkungannya. Pada tiap orang ada sifat-sifat yang umum dan sifat yang khusus terdapat pada seseorang, yang merupakan sifat yang unik. Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi hingga dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan factor. Telah banyak diusahakan untuk membuat kategori orang-orang atas dasar dimensi macam-macam sifat.Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah: (1)mengukur dan menilai ciri-ciri seseorang dengan test psikologis, (2)mendefinisikan atau menggambarkan diri seseorang, (3)membantu orang untuk memahami diri dan lingkungannya, dan (4)memprediksi keberhasilan yang mungkin dicapai dimasa mendatang. Hasil yang mendasar bagi konseling sifat dan factor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Pencapaian penemuan diri menghasilkan kepuasan intrinsic dan memperkuat usaha untuk mewujudkan diri.
Williamson mencatat bahwa “landasan konsep konseling modern” adalah terletak dalam asumsi individualitas yang unik dari setiap anak dan identifikasi keunikan tersebut dengan menggunakan pengukuran objektif sebagai lawan dari tekhnik perkiraan subjektif. Para ahli psikologi telah lama mencoba instrument yang dapat mengukur dan menilai individu secaara objektif untuk digunakan dalam konseling baik dalam pendidikan maupun vokasional. Dengan mengidentifikasikan ciri dan factor individu, konselor dapat membantunya dalam memilih progam studi, mata kuliah, perguruan tinggi, dan sebagainya secara rasional serta membuat perkiraan keberhasilan dimasa yang akan datang.
Maksud konseling menurut Williamson adalah untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia. Dikatakan selanjutnya bahwa tugas konseling sifat dan faktor adalah membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri. Dalam hubungan konseling, individu diharapkan mampu menghadapi, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalahnya. Dari pengalaman ini individu belajar untuk menghadapi situasi konflik di masa mendatang.
PANDANGAN HAKEKAT MANUSIA
Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk. Manusia be rgatung dan hanya berkembang secara optimal di tengah- tengah masyarakat. Manusia selalu ingin mencapai hidup yang baik (good life). Manusia banyak berhadapan dengan banyak pilihan-pilihan yang dintrodusir oleh berbagai pihak. Manusia merupakan individu yang unik memiliki cirri-ciri yang bersifat umum. Manusia bukan penerima pasif atas pembawaan dan lingkungannya.
PERANAN KONSELOR
Menempatkan diri sebagai guru. Bersedia mengarahkan klien kearah yang lebih baik. Tidak netral sepenuhnya terhadap nilai-nilai. Menerapkan strategi pengubahan perilaku. Mengajar individu belajar. Mengajar individu mengenali motivasi-motivasinya. Mengajar individu mengubah perilakunya menjadi perilakunya menjadi perilaku yang memadai untuk mencapai untuk mencapai tujuan pribadinya.
TUJUAN KONSELING
Konseling bertujuan untuk mengajak klien berpikir mengenai dirinya dan menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari masalah tersebut. Untuk itu secara umum konseling trait and factor dimaksud untuk membantu klien mengalami:
a. Klarifikasi – diri – (self- clarification)
b. Pemahaman – diri – (self - understanding)
c. Pengarahan – diri (self - acceptance)
d. Pengarahan – diri (self - direction)
e. Aktualisasi – diri (self - actualization)
TEHNIK KONSELING
a. Menciptakan hubungan baik. Untuk menciptakan hubungan baik , konselor perlu menciptakan suasana hangat, bersikap ramah dan akrab, dan menghilangkan kemungkinan situasi bersifat mengancam.
b. Mengembagkan pemahaman diri. Usaha pertama konselor adalah membantu klien mampu memahami diri sendiri yang mencakup segala kelebihan dan kelemahannya. Selanjutnya , klien di Bantu mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan kelebihannya. Tehnik ini harus menjadi perhatian utama konselor pada tahap analisis, sintesis, dan diagnotis.
c. Menasehati atau merencanakan program tindakan. Tugas konselor setelah membantu klien mengenali dirinya adalah membantu klien merencanakan program tindakan. Oleh karena pemahaman konselor yang relative terbatas, maka dalam mengembangkan alternative penyelesaian masalah , konselor hendaknya tidak selalu menggunakan saran persuasive atau saran eksplanatori.
d. Pelaksanaan rencana. Rencana program tindakan yang telah dibuat dan yang telah disertai dengan pengujian kelebihan dan kekurangan maka diikuti pengambilan keputusan klien untuk dilaksanakan.
e. Rujukan . Pada dasarnya tidak semua masalah klien dapat dibantu oleh konselor. Kemampuan konselor ada batas-batasnya, maka konselor hendaknya mengirim klien kepada pihak lain yag lebih berwenang.
PROSES KONSELING
Konseling berlangsung dalam enam tahap pokok yaitu analisis , sintesis, diagnosis, pronosis, konseling (treatment), dan follow-up. Setiap tahap dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.
a. Analisis.
Analisis merupakan langkah awal konseling Trait & factor yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang diri klien dan latar kehidupannya. Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk memperoleh pemahaman tentang diri klien sehubungan dengan syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian diri , baik untuk masa sekarang maupun yang akan datang.
b. Sintesis.
Sintesis merupakan usaha merangkum , menggolong-golongkan serta menghubung- hubungkan data yang telah dikumpulkan sehingga tergambarkan keseluruhan pribadi klien . Gambaran kelebihan dan kelebihan klien akan dilukiskan pada tahap ini.
c. Diagnosis
Diagnosis merupakan langkah menarik kesimpulan logis mengenai masalah- masalah yang dihadapi klien atas dasar gambaran pribadi klien hasil analisis dan sintesis. Pada tahap ini dilakukan tiga kegiatan yaitu mengidentifikasi masalah, merumuskan sumber-sumber penyebab masalah (etiologi), dan sekaligus melakukan prognogis(= tahap 4 proses konseling).
- Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dirumuska masalah yang dihadapi klien saat ini, penentuan masalah dapat dila kukan atas dasar kategori yang dikemukakan oleh Bordin atau pepinsky. Kategori masalah tersebut sebagai berikut :
Bordin :
1. Dependen
2. Lack of information
3. Self - conflicts
4. Choice- anxiety
5. No problems
Pepinsky :
1. Lack of assurance
2. Lack of information
3. Lack of skill
4. Dependence
5. Self conflicts
-Etiologi
Langkah ini merupakan menentukan sebab-sebab timbulnya masalah. Ada dua sumber masalah,yakni sumber internal dan sumber eksternal. Kegiatan pada tahap ini meliputi pencarian hubungan antara masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Jika terdapat hanya sedikit atau tidak ada hasil penelitian ilmiah atau pengetahuan berdasar perkiraan rasional dalam hubungan dengan sebab-sebab gejala, konselor dapat juga menggunakan intuisinya untuk menduga sebab-sebab itu yang kemudian dicek dengan logika maupun reaksi klien. Dalam mencari sebab dapat digunakan data yang terungkap pada tahap analisis , namun konselor harus dapat membedakan antara sebab dengan hubungan yang sederhana sifatnya.
-Pronogis (= tahap 4 dalam konseling)
Williamson menyatakan bahwa prognosis merupakan proses yang tidak terpisahkan dari diagnosis. Prognosis berkaita dengan upaya untuk memprediksi kemungkinan – kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan daa yang ada. Sebagai contoh, jika klien intelegensinya rendah, maka ia akan rendah pula prestasi belajarnya ; jika ia tidak berminat pada suatu tugas / pekerjaan, maka ia akan gagal memperoleh kepuasan dalam bidang kerja tersebut; jika klien rendah bakatnya dibidang mekanik, maka kemungkinan besar ia akan gagal memperoleh kepuasan dalam bidang kerja tersebut ; jika klien rendah bakatnya dibidang mekanik, maka kemungkinan besar ia akan gagal studi pada program studi tekhnik mesin.
d. Konseling.
Konseling dapat dipandang sebagai keseluruhan proses pemberian bantuan , tetapi juga dapat dipandang sebagai salah satu tahap proses konseling. Konseling selalu di pandang sebagai salah satu tahap berarti pada hakekatnya tahap-tahap sebelumnya analisis, sintesis, diagnosis, dan prognosis dapat dilakukan konselor sebelum konseling. Pada tahap konseling dilakukan pengembangan alternative pemecahan masalah, pengujian alternative, dan pengambilan keputusan.
- Pengembagan alternative pemecahan masalah
Pada hakikatnya konseling dimaksudkan untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi klien. Beberapa strategi yang dapat ditempuh dalam pengembangan alternative terdiri atas Forcing Conformity, Changing Attitude, Learning The , Changing Environment, Selecting The Appropriate Environment.
• Forcing Conformity, suatu saat klie dihadapkan pada posisi yang tidak mengenakkan. Ia harus melaksanakan tugas-tugas hidup yang di satu sisi ia harus jalani , maupun pada sisi lainnya ia tidak senang untuk melaksanakan. Pada posisi tidak ada pilihan ini, apabila klien ingin mencapai tujuan hidupnya ia harus lakukan juga. Sebagai contoh, klien dihadapkan pada posisi ia tidak senang dengan guru matematika , sedangkan guru itu satu-satuya di sekolah. Pada posisi ini klien harus mengikuti pelajaran matematika kalau ia ingin lulus dari sekolah tersebut.
• Changing Atittude, dalam berbagai kasus , masalah klien dapat diselesaikan melalui megubah sikap-sikap yang ditampilkan selama ini yang diduga menjadi penyebab timbulnya masalah yang dialami klien. Sebagai ilustrasi, seorang siswa / mahasiswa mengalami masalah pergaulan dengan teman disekolah / kampus, karena dimata teman bergaul, namun karena sifat hidupnya membuat ia tidak disenangi teman. Oleh karena itu , klien harus mengubah sikap-sikap yang tidak disukai kawan.
• Learning The Needed Skills, banyak klien yang gagal mencapai tujuan , karena ia tidak terampil, sebagai contohndah, karena ia tidak dapat memakai alat tulis secara benar, ia tidak terampil membaca, ia tidak bias mengemukakan pendapat. Contoh lain, lien tidak bisa memilih teman akrab , karena ia tidak terampil memulai pembicaraan , ia tidak memiliki rasa humor, ia tidak bisa merespon secara memadai atas pendapat kawan sekolah.
• Selecting The Appropriate Environment,dalam keadaan tertentu perubahan sikap dan perilaku klien sulit dilaukan karena lingkungan yang tidak memungkinkan untuk melakukan perilaku-perilaku yang dimaui.
• Changing Environment, beberapa masalah timbul karena lingkungan yang tidak mendukung . Misalnya, seorang hendak melakukan diet, tetapi dalam keluarga selalu tersedia makanan kecil. Mahasiswa kost pada kamar dan sekaligus ruang belajar dalam keadaan semrawut. Kedua keadaan menunjukan perlunya perubahan . ketika diet dijalankan , mestinya tidak disediakan makanan kecil disekitar rumah. Untuk belajar dengan nyaman , ruang belajar yang sekaligus kamar tidur di tata sedemikian rupa.
• Pengujian alternative pemecahan masalah
Diantara sejumlah alternative yang dikembangkan manakah yang akan diimplementasikan ? Untuk menentukkan mana alternative yang akan diimplementasikan perlu di uji kelebihan dan kelemahan , keuntungan dan kerugian , factor-faktor pendukung dan factor-faktor penghambat apabila alternative tersebut dilaksanakan.
• Pengambialn Keputusan
Alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang diujikan ditentukan manakah yang dilaksanakan. Syarat yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif yaitu hal ketepan denagn masalah klien, kegunaan alternatif bagi klien dan feasibilitas alternatif yang dipilih.
Komentar
Posting Komentar