Analisis Perubahan Tingkah Laku KONSELI SERING MENGHISAP IBU JARI


Analisis Perubahan Tingkah Laku
KONSELI SERING MENGHISAP IBU JARI
Dosen Drs. Arie Supriyatna M.Si. / Nofi Nur Yuhenita S.Pd.




UMM.JPG




Disusun oleh :
ARMAN FEBRIAN / 08.0301.0045



PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2012

BAB I
ANALISA PERILAKU

A.    Target Perilaku
Langkah ini merupakan proses dua arah yaitu pertama mengidentifikasi tingkah laku yang akan dikurangi dan kedua mengidentifikasi tingkah laku yang akan dikehendaki supaya muncul. Target perilaku yang pertama yaitu perilaku yang akan dikurangi berdasarkan perilaku konseli adalah  keterlambatan datang sekolah dan target perilaku yang diharapkan adalah agar konseli tidak terlambat lagi datang ke sekolah.

B.     Analisis Fungsi
1.      Antecedent
Fungsi ini menekankan pada pencetus / latar belakang perilaku bermasalah tersebut muncul. Berdasarkan hasil pengumpulan data, maka yang melatarbelakangi perilaku konseli adalah:
a.       Banyaknya pekerjaan orang tua
b.      Ibu yang terlampau memanjakan
c.       Saat kecil ketika rewel para ibu cenderung membiarkan untuk menghisap ibu jari agar tenang.
2.      Behavior
Menekankan pada perilaku yang terjadi berdasarkan frekuensi dan durasinya.
a.       Frekuensi / intensitas
Frekuensi / intensitas disini menekankan pada seberapa sering perilaku itu muncul. Dalam permasalahan yang dialami konseli, permasalahan konseli terjadi kapan saja ketika dia merasa haus. Terlebih ketika konseli tidur, nonton TV, ketika rewel.


b.      Durasi
Lamanya perilaku muncul tersebut tidak dapat ditentukan pasti dengan waktu. Karena perilaku hanya muncul ketika  konseli  haus dan harus minum. Serta ketika konseli tidur konseli pasti menghisap ibu jari.
3.      Consequences
Akibat yang diperoleh konseli dari perilaku yang dilakukannya adalah:
a.       Giginya sulit tumbuh
b.      Tidak bisa mengucapkan huruf  “R dan S” secara fasih
c.       Kurang mandiri (manja)
d.      Hingga 3 tahun lamanya, 3 kali lebih berisiko mengalami gangguan bicara
4.      Deskripsi Perilaku
Konseli merupakan anak perempuan berusia 8 tahun yang bernama Dyah Puspitasari. Konseli merupakan pertama dari 3 bersaudara dari pasangan ibu Rini Indrayani dan bapak Coirul Umam. Konseli tinggal di Desa Tempurejo RT. 06, RW.06. Saat ini konseli duduk dibangku sekolah dasar kelas 1 SD N Tempurejo 01 Tempuran. Perilaku bermasalah yang dialami konseli adalah memiliki kebiasaan menghisap ibu jari.
Perilaku itu muncul dilatarbelakangi karena ibunya yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anak-anaknya sendiri sebab ayahnya seorang ABRI sehingga tidak bisa menemani keluarganya dirumah karena tuntutan pekerjaanya. Awal mulanya ibunya memiliki 3 anak yang kebetulan selisih umurnya sangat dekat satu dengan yang lainnya. Untuk mengurus ketiganya, ibunya memilih simpel dalam segala hal asal anak diam. Salah satunya ketiga anaknya hanya diam dengan membiarkan anaknya menghisap ibu. Sebab selain mengurusi rumah tangganya ibunya juga membuka warung dirumah. Yang akhirnya kebiasaan itu berlanjut hingga sekarang.
Perilaku konseli itu biasanya muncul ketika konseli merasa haus. Terlebih ketika tidur bahkan ketika dia sedang rewel. Dan akibat dari kebiasaanya tersebut konseli memiliki susunan gigi yang kurang baik bahkan ada yang sulit tumbuh, yang menjadikannya sulit untuk mengucapkan beberapa huruf salah satunya huruf “S” dan “R”. Selain itu konseli juga menjadi anak yang kurang mandiri dan Hingga 3 tahun lamanya, 3 kali lebih berisiko mengalami gangguan bicara




















BAB II
PENGUMPULAN DATA

A.    Sumber Pengumpulan Data
1.      Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung dilapangan. Dan dari observasi yang telah dilakukan maka, hasilnya dapat diperoleh sebagai berikut :
a.       Topografi
Mengacu pada bentuk tingkah laku yang paling khas saat perilaku bermasalah tersebut muncul. Dan topografi yang dimunculkan konseli adalah menghisap ibu jari diasaat rewel, haus, dan tidur ibunya hanya membiarkannya.
b.      Stimulus yang harus dikontrol
Menekankan pada perangsang yang menyebabkan perilaku tersebut muncul atau segala sesuatu yang menjadi rangsangan. Stimulus yang harus dikontrol dari permasalahan konseli adalah kerja sama dengan orang tua berusaha mengurangi perilaku konseli yang ingin di hilangkan dengan membiasakan prilaku yang ingin dimunculkan. Dan berusaha memberikan pemahaman kepada konseli bahwa perilaku tersebut sudah tidak pas bagi anak yang berumur 8 tahun.
c.       Latency
Mengacu pada berapa lama waktu yang diperlukan untuk memunculkan tingkah laku. Dan perilaku konseli muncul kapan saja ketika dia merasa haus baik di rumah maupun di sekolah.
2.      Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan memalui pertemuan langsung ( face to face ) dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang dihgunakan untuk memperoleh data menegenai obyek yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan dua orang terdekat dari konseli yaitu, ibunya dan adiknya yang berumur setahun lebih muda dari konseli yaitu berumur 7 tahun. Hasil wawancara itu adalah sebagai berikut.
a.       Ibu
Menurut hasil wawancara bersama ibunya, konseli merupakan anak yang pertama yang memiliki 2 adik yang selisih umurnya sangat dekat. Menurut penuturan ibunya awal mulanya ibu hanya sendiri di rumah dan suaminya yang dinas keluar kota sehingga ibunya repot untuk mengurusi pekerjaan rumah dan anak-anaknya. Ibunya mengakui bahwa karena kualahan mengurusi anak-anaknya yang masih kecil semua, agar anak-anaknya diam  dan tidak menangis anaknya yang menghisap ibu jari didiamkan saja. Yang ternyata mengakibatkan ketergantunyan konseli dengan menghisap ibu jari. Sampai sekarang konseli belum bisa untuk tidak menghisap ibu jari.  Setiap hari ketika dia haus dia menghisap ibu jari apalagi tidurpun konseli harus menghisap ibu jari. Bahkan ketika dia rewel, dia delalu menghisap ibu jari.
b.      Adiknya
Berdasarkan hasil wawancara dengan adiknya, dengan polosnya adiknya mengatakan bahwa “mbak Dyah sudah besar masih menghisap ibu jari seperti saya”.
3.      Self-Monitoring
Pengawasan dan pengamatan kepada konseli dilakukan selama 1 bulan. Setiap hari dari hari senin sampai hari sabtu dari pukul 16.00-17.30 WIB.
a.    Behavior Assets
Behavior assets merupakan semua hal positif yang ada dalam diri konseli yang mampu membuat perilaku menghisap ibu jari ini berhenti yaitu rasa malu yang ada pada diri konseli dalam artian sudah besar kok masih menghisap ibu jari.
b.    Behavior Limitation
Behavioral limitation merupakan hal negative yang ada dalam diri konseli yang mendukung phobia tersebut muncul yaitu konseli tidak bisa tidur jika tidak menghisap ibu jari.
c.    Enviromnetal Support
Perilaku menghisap ibu jari karena adanya kerjasama yang baik antara praktikan, guru les serta ibu konseli. Sebab ibunya memiliki keinginan yang kuat agar anaknya bisa meninggalkan kebiasaan menghisap ibu jari melihat umurnya yang sudah tidak sepantasnya masih menghisap ibu jari.
d.   Environmental Restriction
Keadaan lingkungan di sekitar konseli tidak selamanya mendukung keinginan konseli untuk menghilangkan kebiasaanya menghisap ibu jari. Sebab sikap orang tuanya yang kadang masih tidak tega.
e.    Motivational Analysis
Motivasi yang sangat besar pada diri konseli untuk  menghilangkan kebiasaanya menghisap ibu jari, dengan kerjasama antara praktikan, guru les dan orang tua, yang menyebabkan konseli sedikit demi sedikit konseli merasa malu.

B.     Data Pendukung
Tidak ada data pendukung dalam konseling ini.


BAB III
PENDEKATAN PROGRAM APTL

A.    Pendekatan yang Digunakan
Pendekatan yang dipakai dalam menolong konseli dari ketergantungannya menghisap ibu jari yaitu pendekatan Behavioral.
Asumsi dasar Pandangan manusia menurut pendekatan Behavioral:
1.      Manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh factor-faktor dari luar.
2.      Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar pembiasaan klasik, pembiasaan operan, dan peniruan.
3.      Tingkah laku tertentu terkait dengan kepuasan atau ketidakpuasan yang diperolehnya.
4.      Dengan demikian, individu melalui pengalaman mengembangankan pola-pola kebutuhan yang mengarahkannya kepada pola-pola tingkah laku tertentu.
Tujuan dari konseling behavioral ini adalah membantu konseli mendapatkan tingkah laku baru. Pendekatn in tidak banyak menggunakan bahasa verbal, tetapi langsung mengarah pada simpton yang tampak pada diri konseli. Sedangkan perilaku yang bermasalah dalam pandangan behavioris dapat dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan (Latipun, 2008).
Teknik konseling behavioral didasarkan pada: penghapusan respon yang telah dipelajari (membentuk pola tingkah laku) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru akan dapat dibentuk. Ada beberapa Teknik yang dapat digunakan dalam konseling behavioral ini, yaitu: Tekhnik-tekhnik yang termasuk dalam pendekatan behavioral diantaranya adalah reinforcement, punishment, extinction, aversif, desensitisasi sistematis, cognitive behavior therapy, dan token economies.
Dari berbagai teknik tersebut, teknik yang dipilih untuk membantu konseli yaitu dengan menggunkan tekhnik reinforcement positif dengan pertimbangan permasalahan yang dialami oleh konseli adalah ketergantungan atau kebiasaan negatinya yaitu tidak bisa lepas dari dotnya.
Menurut Soetarlinah Ssukadji (1983) menyatakan bahwa bahwa suatu stimulus (benda atau kejadian) dihadirkan sebagai akibat/ konsekuensi dari suatu perilaku dan bila karenanya keseringan munculnya perilaku tersebut meningkat atau terpelihara maka peristiwa tersebut disebut pengukuhan reinforcement. Jadi reinforcement positif atau penguatan positif adalah sesuatu dapat berupa benda atau peristiwa yang dihadirkan dengan segera akibat dari suatu perilaku dan dengan perilaku tersebut meningkatkan frekuensi kemunculannya.
Tekhnik reinforcement positif dalam pelaksanaannya tidak bisa berdiri sendiri, harus disertai dengan tekhnik lain diantaranya adalah tekhnik modelling dan reward. Menurut tekhnik modeling konselor memberikan contoh atau model atau counter propagandis. Sedangkan menurut teknik modifikasi tingkah laku diharapkan yang tadinya memakai dot dilatih dengan memakai gelas.

B.     Alasan atau pertimbangan mengapa menggunakan behavioral therapy yaitu :
1.    Konsep dasar yang digunakan dalam terapi behaviour adalah belajar. Belajar yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan bukan karena pematangan namun dari berbagai percobaan- percobaan tingkah laku . para ahli berpendapat bahwa setiap tingkah laku manusia didapat dari cara belajar dan dapat diubah dari prinsip-prinsip belajar. Perilaku manusia adalah efek dari lingkungan, pengaruh yang paling kuat maka itulah yang akan membentuk diri individu.
2.    Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar pembiasaan klasik, pembiasaan operan, dan peniruan.
3.    Konseli mengalami perilaku mal adaptif yaitu sudah berumur 8 tahun masih menghisap ibu jari.
4.    Suatu perubahan tidak bisa secara instan namun bertahap sehingga tidak hanya membutuhkan 1 teknik namun bisa lebih dari satu untuk kasus ini. Konseli memerlukan dorongan dan contoh sebagai model, serta kerja sama lingkungan sekitar.

















BAB IV
Langkah-langkah Program APTL

Program Analisis Perubahan Tingkah Laku (APTL) ini dilakukan kurang lebih selama lima minggu, yaitu mulai tanggal 16 Juni 2012 sampai 19 Juli 2012. Berikut merupakan  langkah-langkah yang praktikan lakukan :
1.      Menentukan konseli
Praktikan memilih Dyah Puspitasri yang merupakan salah satu murid di SD N Tempurejo 01 yang berumur 8 tahun.
2.      Setelah menentukan konseli, praktikan mengumpulkan data dan informasi
Praktikan memperoleh informasi dari ibunya, adiknya, dan guru lesnya.
3.      Menentukan prilaku yang ingin diubah
Konseli memiliki kebiasaan menghisap ibu jari dalam kesehariannya
4.      Menentukan pendekatan yang sesuai
Praktikan mengunakan pendekatan Behavior. dalam terapi behaviour adalah belajar. Belajar yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan bukan karena pematangan namun dari berbagai percobaan- percobaan tingkah laku . para ahli berpendapat bahwa setiap tingkah laku manusia didapat dari cara belajar dan dapat diubah dari prinsip-prinsip belajar. Perilaku manusia adalah efek dari lingkungan, pengaruh yang paling kuat maka itulah yang akan membentuk diri individu.
5.      Menentukan teknik-teknik yang sesuai
Teknik yang dipergunakan ada 3 yaitu modelling, reinsforcement positif, reward. Berikut adalah langkah-langkahnya dalam pemberian terapi:
a.    Modelling
Sehubungan dengan teknik ini praktikan memberikan model yaitu dengan menjadikan teman-temannya yang seumuran dengan konseli sebagai modelnya. Selain itu praktikan juga menjadikan anak-anak yang umurnya lebih kecil dari konseli yang sudah tidak lagi menghisap ibu jari sebagai modelnya.

b.    Reinsforcement Positif
praktikan memberikan reinsforsement berupa pujian ketika konseli mau minum dengan gelas. Tidak hanya praktikan namun orang-orang sekitar seperti orang tua dan guru lesnya bekerja sama dalam teknik ini. Mereka juga akan memberikan reinsforcement positif ketika konseli rewel disayang dan diperhatikan.
c.    Reward
Ketika konseli berhasil merubah kebiasaannya yang dari menghisap ibu jari menjadi tidak menghisap ibu jari, walaupun itu baru terjadi saat siang hari saja praktikan bekerja sama dengan orang tua untuk memberikan reward atau hadiah yaitu dengan membelikan baju baru dan mengajaknya bertamasya ke TMII.














BAB V
Evaluasi dan Tindak Lanjut

A.    Evaluasi
Ada beberapa hambatan dan pendukung dalam melakukan proses pengubahan tingkah laku pada konseli yaitu :
1.      Hambatan
a.       konseli yang tidak bisa tidur jika tidak menghisap ibu jari
b.      sifat manja dari konseli.
c.       Ibu yang kurang tegaan
d.      Adiknya yang juga menghisap ibu jari
e.       Butuh waktu yang cukup lama untuk mengubah perilaku konseli.
2.      Pendukung perubahan
a.         Kerjasama antara guru les dan orang tua
b.         Rasa malu yang ada pada konseli
3.      Efektif atau tidak pendekatannya
Pendekatan cukup efektif dibuktikan dengan perilaku konseli sudah berkurang dari yang setiap saat konseli rewel dan kemudian menghisap ibu jari sekarang sudah berkurang. Dibuktikan sekarang konseli hanya menghisap ibu jari saat tidur. Walaupun belum berhenti total namum perubahan memang membutuhkan waktu yang lama dan bertahap.

B.     Tindak Lanjut
Komunikasi dan pemantauan tetap praktikan lakukan sampai saat ini. Walaupun hanya lewat telepon dari ibunya. Selain itu saya meminta bantuan pada pihak-pihak terkait agar konseli tetap melanjutkan treatment dengan harapan konseli benar-benar menunjukkan perilaku yang diinginkan sesuai tujuan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERAPI ADLER

Reality Therapy William Glasser