TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA


A.    PENGERTIAN REMAJA
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).

Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.


B.     ASPEK – ASPEK PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA

  1. PERKEMBANGAN FISIK REMAJA
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).
Perkembangan fisik dalam periode masa remaja meliputi segi pertambahan tinggi dan berat badan. Untuk remaja pria dimulai sekitar umur 10,5 sampai 16 tahun sedang remaja putri percepatan pertumbuhan sudah mulai antara umur 7,5 tahun dan 11,5 tahun dengan umur rata-rata 10,5 tahun, selain mengalami percepatan tinggi badan dan berat badan, remaja juga mengalami proses kematangan seksual, sebagai berikut (Mulyono, 1995):

·         Karakteristik kelamin primer:
*            Pada remaja pria:
§  Pengeluaran sperma.
§  Menegangnya alat kelamin pada saat-saat tertentu.
*            Pada remaja putri:
§  Loncatan sel telur (ovulasi)
§  Menstruasi (pengeluaran sel telur yang tak dibuahi dengan lendir dan darah).
·         Karakteristik kelamin skunder:
*                              Pada remaja pria:
§  Tubuh menjadi lebih jantan.
§  Suara menjadi besar dan pecah
§  Tumbuhnya bulu-bulu atau rambut pada bagian tubuh tertentu
§  Bentuk wajah nampak persegi
*      Pada remaja putri
§  Mulai nampak bentuk kewanitaannya, seperti perkembangan buah dada dan montoknya anggota-anggota badan.
§  Wajah nampak membulat (Sujanto, 1986).

Pendapat mengenahi perkembangan fisik remaja diatas searah dengan pendapat John W. Santrock dalam bukunya Life Span Development yang menyatakan bahwa empat perubahan tubuh yang paling menonjol pada perempuan adalah pertumbuhan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan pertumbuhan rambut kelamin, sedang pada pria adalah pertumbuhan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan penis, pertumbuhan testis dan rambut kemaluan (Santrock, 1995). Pertumbuhan fisik remaja selanjutnya akan berdampak pada perilaku sosial, seksual, emosi serta kognitif remaja. Dengan pertumbuhan fisik yang terjadi remaja merasa bahwa dirinya adalah orang dewasa sehingga remaja akan mengembangkan citra individual mengenahi diri mereka yang tidak jarang berbenturan dengan nilai-nilai yang dipegang oleh orang dewasa.

  1. PERKEMANGAN EMOSI REMAJA
Emosi remaja berada dalam situasi sturm und drung sebab belum stabil dan mencapai kematangan pribadi secara dewasa. Menurut Gesell, dkk, remaja 14 tahun seringkali mudah marah, mudah dirangsang, emosinya cenderung meledak, dan tidak berusaha mengendalikan perasaannya (Hurlock, 1993) karena emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka dari pada perilaku yang realistis.

Mereka merasa canggung akan pertambahan tinggi badan yang dirasa aneh dan mengganggu, mudah tersinggung kesal hati, dan tertekan, ingin marah. Dalam keadaan emosi yang belum stabil ini celaan atau kritikan dari lingkungan seringkali ditanggapi secara sungguh-sungguh dan sering ditafsirkan sebagai ejekan atau meremehkannya. Akibatnya mereka sering bersikap antipati dan melawan. Bila lingkungan keluarga, orang tua dan sekolah mengabaikan keadaan emosi remaja, misalnya anak-anak yang tidak disukai karena tampangnya kurang menguntungkan, kurang cerdas, sehingga melihat dengan sebelah mata dan sinis, biasanya remaja tersebut menjurus pada perilaku yang maldjusment dan sering pada tindakan delinkuency (Mulyono, 199).

Remaja merupakan masa kritis bagi pembentukan kepribadian. Remaja yang sedang dalam masa pancaroba ini apabila tidak mendapat bimbingan serta suasana lingkungan yang baik dapat menjurus pada berbagai kelainan tingkah laku, kenakalan, bahkan sampai melibatkan diri pada tindak kejahatan, termasuk penyalah gunaan obat narkotika serta perilaku seksual.

  1. PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA
Dalam masa perkembangan ini, seorang remaja mulai tergugah rasa sosial untuk ingin bergabung dengan anggota-anggota kelompok yang lain. Pergaulannya yang dulu terbatas dengan keluarga, tetangga dan teman-teman sekolah; saat ini dia ingin lebih meluaskan pergaulannya sehingga tidak jarang mereka meninggalkan rumah. Menurut Otto Rank, pada diri remaja

terjadi perubahan yang sangat drastis, yaitu dari keadaan tergantung pada orang lain (dependence) pada masa kanak-kanak menuju kepada keadaan mandiri (independence) pada masa dewasa. Tahap-tahap perubahan itu adalah sebagai berikut (Sarwono, 2001):

Pembebasan kehendak dari kekuatan-kekuatan dari dalam sendiri maupun dari lingkungannya (misalnya dari orang tuanya yang selama ini mendominasinya).
Pemilahan kepribadian (division in personality). Dalam tahap ini terjadi perpecahan (discunity) antara kehendak (will) dan kontrak kehendak (counter will). Terjadilah perjuangan moral antara dorongan-dorongan neurotik (kecenderungan untuk tetap tertekan) dengan dorongan-dorongan kreatif (kecenderungan untuk mencipta, mengatur). Akibat dari konflik moral itu timbullah perasaan bersalah, menyesali dan menyalahkan diri sendiri (self criticism) dan perasaan rendah diri. Kalau proses ini berkepanjangan remaja yang bersangkutan akan terlibat dalam gejala neurotik, tetapi kalau ia bisa mengatasi tahap ini dengan baik, remaja yang bersangkutan akan masuk ketahap berikutnya dimana ia akan menjadi manusia yang produktif kreatif.
Integrasi antara kehendak dan kontrak-kehendak menjadi pribadi yang harmonis.
Tahapan perkembangan dan konflik yang dikemumakan oleh Erikson menyebut fase remaja ini sebagai fase identitas lawan kekaburan peran (role diffusion). Individu pada tahap ini sudah ingin menonjolkan identitas dirinya, akan tetapi ia masih terperangkap oleh masih kaburnya peran dia dalam lingkungan asalnya. Kaburnya peran remaja dalam lingkungannya mengakibatkan remaja mulai membentuk kelompok-kelompok atau dalam bahasa Kartini Kartono disebut sebagai gang. Penggabungan diri dengan anggota kelompok yang lain sebenarnya merupakan usaha mencari nilai-nilai baru dan ingin berjuang mencari nilai-nilai baru dan ingin berjuang mencapai nilai-nilai itu, sebab remaja mulai meragukan kewibawaan dan kebijaksanaan orang tua, norma-norma yang ada dan sebagainya (Mulyono, 1995).

  1. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL REMAJA
Selain mengalami perkembangan fisik, seksual dan sosial pada masa ini remaja juga mengalami perkembangan pemikiran, pemikiran remaja berubah menjadi lebih abstrak, logis dan idealis. Artinya remaja tidak akan percaya begitu saja terhadap apa yang dikatakan oleh orang tua tanpa tahu sebab dan alasan, remaja mulai berfikir layaknya para intelektual dimana semua serba rasional, dan remaja juga mulai berfikir tentang citra diri mereka. Pemikiran remaja lebih bersifat egosentris (Santrock, 1995). Dimana remaja mempunyai keyakinan bahwa orang lain akan memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dirinya sendiri.

Remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau menerima begitu saja perintah-perintah atau aturan-aturan yang ada; mereka ingin juga mengetahui alasan dan sebab-sebabnya. Tidak jarang dengan perkembangan intelektualnya yang bersifat kritis ini, remaja mengalami konflik atau pertentangan dengan pihak orang tua atau pendidik-pendidik yang biasanya berpegang akan nilai-nilai lama (Mulyono, 1995). Piaget menyebutnya dengan operasional formal. Piaget yakin bahwa pemikiran operasional formal berlangsung antara 11 – 15 (Santrock, 1995).

  1. PERKEMBANGAN BAKAT KHUSUS PADA REMAJA
a.             Definisi Bakat
Bakat adalah memperkenalkan suatu kondisi dimana menunjukan potensi seseorang untuk mengembangkan kecakapannya dalam suatu bidang tertentu. Bakat merupakan suatu kondisi atau suatu kualitas yang dimiliki remaja yang memungkinkan remaja itu untuk berkembang pada masa mendatang. Bakat juga dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan remaja untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang remaja yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding dengan remaja lainnya. Inilah yang kemudian disebut dengan bakat khusus ( Specific Aptitude ) yang tak dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn ( pembawaan sejak lahir).
Menurut pendapat (Conny Semiawan, dkk; 1987:2) bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relative bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum ) atau khusus ( bakat akademis khusus ).
Yang dinamakan bakat sebenarnya adalah “Aptitude”. “bakat sebagai aptitude biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi atau potential ability yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Bakat sebagai suatu kondisi pada diri individu yang dengan suatu latihan khusus memungkinkan mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. Kemampuan bawaan agar dapat berkembang secara optimal perlu adanya pengembangan dan latihan tertentu dan juga banyak dipengaruhi oleh factor keluarga dan lingkungan.
Bakat sangat kecil kemungkinannya untuk berubah. Bakat itu adalah relative tetap sepanjang waktu tertentu. Karena bakat itu relative stabil, maka bakat – bakat itu dapat digunakan untuk membantu memprediksi keberhasilan dalam bidang kependidikan dan karier serta memberikan suatu landasan untuk mengambil keputusan karier. Skor bakat dapat berpengaruh terhadap taraf pendidikan, latihan, praktek, tetapi mereka cenderung menghadapi banyak perubahan, tetapi lebih sedikit dibandingkan dengan minat.
Bakat berbeda dengan minat. Jika bakat bersifat inherent dan natural maka minat bersifat natural, dibentuk dan bergantung pada lingkungan. Tak heran bila cita-cita anak selalu berubah, karena sebenarnya itulah minat. Sedangkan, bakat lebih alami dan bisa diketahui dari kecil bahkan sejak lahir dan akan dibawa hingga tua.
b.            Cara Mengetahui Bakat Pada Diri Remaja
Ada 3 hal untuk mengetahui bakat seseorang, yaitu :
*            Dengan cara berbasis pengalaman (experience traditional). “Ini jadi akurat dengan 2 syarat, yaitu orang tua punya naluri kuat untuk melihat bakat itu. Kedua orang tua punya waktu luang bersama anaknya. Tapi ini sudah tidak relevan lagi. Karena sekarang orang tua sudah sama-sama sibuk.
*            Dengan tes tulis dan wawancara (varian psikologi). Hasil yang didapat dari tes ini bersifat fluktuatif. Hingga kini cara ini memang diakui Pemerintah untuk menentukan bakat dan minat. Sayangnya, hasil tes ini sangat bergantung pada kondisi tester dan suasana psikologi orang yang dikenai tes.
*            Dengan melibatkan teknologi dalam mendeteksi bakat. Atau yang dinamakan dengan Dermatoglyphic Multiple Intellegence assessment. Dengan teknologi ini, seseorang tidak perlu lagi dihadapkan pada serangkaian tes dan wawancara, serta tidak tergantung pada kondisi psikologis orang tersebut. Akurasinya bisa mencapai 90-95 %.
Adapun hal- hal yang harus dilakukan guru dan orang tua agar anak dapat berbakat dan berprestasi dengan cara menyenangkan adalah sebagai berikut:
1.      Orang tua dan guru harus menyadari bahwa setiap anak merupakan pribadi yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini terjadi karena setiap anak mempunyai bakat, kemampuan, dan kebutuhan yang berbeda.
2.      Setiap anak pasti mempunyai salah satu dari sembilan kecerdasan yang diberikan Allah SWT. Bahkan, ada juga anak yang memiliki lebih dari satu kecerdasan. Kecerdasan itu adalah kecerdasan linguistik, matematika-logika, ruang-visual, musik, naturalis, interpersonal, intrapersonal, kemampuan olah tubuh, dan spiritual.
3.      Membantu anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Misalnya potensi fisik, iman, akhlak, ibadah, emosi, sosial, mental, dan keterampilan. Biarkan anak mengembangkannya bakatnya seperti keinginannya, sedangkan orang tua mengarahkan saja.
4.      Yang perlu diingat, prestasi anak bukanlah prestasi untuk orang tuanya. Prestasi itu untuk diri anak itu sendiri.


6.      KEBUTUHAN DAN TUGAS PEKEMBANGAN REMAJA

I. Jenis Kebutuhan dan Pemenuhannya
Seseorang yang berbuat atau melakukan sesuatu, setidaknya karena ada kebutuhan yang hendak dicapainya. Sartain dalam bukunya, Psychology Understanding of Human Behavior memberikan arti khusus terhadap istilah kebutuhan sebagai suatu kekurangan di dalam sesuatu (manusia, tumbuhan atau hewan). Contohnya, seekor binatang yang berkeliaran mencari mangsa, berarti lapar. Lapar karena ada kekurangan (makanan) di dalam tubuhnya.

Dalam peristiwa tersebut di atas ada suatu proses dengan unsur- unsure yang berurutan kedudukannya, seperti terlukis pada pola berikut :

Kebutuhan itu berfungsi sebagai suatu kekuatan yang menggerakkan atau menyebabkan individu itu bertingkah laku. Segala tingkah lakunya tertuju pada titik- titik yang dimaksudkan sebagai pemuas kebutuhan. Misalnya : Si Amin perutnya lapar, ia butuh makan, ia makan nasi untuk mengembalikan keseimbangan fisiknya.

Secara garis besar, kebutuhan dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu sebagai berikut :
a.       Kebutuhan Fisiologis
Pemusatan kebutuhan- kebutuhan fisiologi hanya menjamin penyesuaian organism fisik, sekalipun demikian ada hubungan yang sangat erat antara pemuasan kebutuhan fisik dan pencapaian penyesuaian psikologis.

b.      Kebutuhan Psikologis
Organisme manusia terdiri atas aspek psikologis dan aspek fisik. Karena itu tingkah laku dan kehidupan mentalya didominasi oleh sejumlah keperluan psikologis yang pemuasannya bersifat funda mental untuk penyesuaian.

Keperluan-keperluan ini pada umumnya disebut kebutuhan psikologis. Penyesuaian psikologis menujukan suatu rasa aman, keseimbangan mental, ketenangan jiwa, kepuasan diri dan harga diri. Ada beberapa kebutuhan psikologis yang penting artinya untuk penyesuaian ialah: kebutuhan kasih sayang dan penghargaan social, kebutuhan akan rasa aman dan status, kebutuhan akan perhatian, kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan prestasi dan kebutuhan pengalaman.

c.       Kebutuhan Akan Pengalaman
Kebutuhan ini termasuk kebutuhan dasar manusia yang mempengaruhi prilaku manusia yang paling dinamis.

Kebutuhan akan pengalaman harus disalurkan dengan cermat, mengarah kepada sesuatu yang sehat dan tidak berlebih-lebihan. Dalam hal ini bidang pendidikan hendaknya memberikan kesempatan yang banyak dan beragam untuk ekspresi dorongan ini dengan cara yang normal. Sehingga pemenuhan kebutuhan ini dapat membantu perkembangan pribadi dan tingkah laku yang wajar dalam kehidupan individu.

d.      Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial ini merupakan factor dinamis yang memberikan pegaruh langsung pada peyesuayan diri pada lingkugan atau hubungan sosial antar pribadi. dalam hal ini tidaklah bearti psikologi tidak memberikan implikasi pada tingkah laku social atau sebaliknya, kebutuhan megurangi secara dia berhubungan(intraksi) dengan individu lain. Adapun kebutuhan sosial yang yang sangat penting dalam kehidupan Individu ialah kebutuhan partisipasi, pengakuan, dan penyesuaian.



e.       Kebutuhan akan partisipasi
Kebutuhan ini mendesak organisme individu untuk membagi pengalaman dan kegiatan sehingga memainkan peranannya dalam proses sosialisasi.

Dalam mengekspresikan kebutuhan tersebut, kadang-kadang individu menggunakan pengalaman yang telah ia miliki atau dalam peran-sertanya ia akan memperoleh pengalaman baru, bahkan kadang-kadang iapun ingin memenuhi kebutuhan akan prestasi dengan menuntut suatu sukses yang ingin dicapainya. Dengan demikian, Nampak kian nyata bahwa ada mata rantai yang saling menghubungkan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain yang diperankan dalam suatu kegiatan yang sama.

Perkembangan dan ekspresi yang normal dari kebutuhan ini memberikan dampak yang mengarah kepada pola tingkah laku yang menjamin penyesuaian sosial yang sehat dari individu itu.

f.       Kebutuhan Akan Pengakuan
Keinginan di hitung timbul dari kebutuhan akan pengakuan. demikian juga pengakuan dari lingkuangan berpangkal pada peri keadaan individu itu misalnya ; pribadinya, kemampuan yang dimiliki, prestasi, dan kualitas personal individu itu sendiri.

Pendapat dan evaluasi orang lain merupakan suatu refleksi objektif dari harga diri pribadi dan dinamiaka pengakuannya ditentukan oleh adanya hubungan yang bersifat intrinsik dengan kebutuhan status.

Kebutuhan akan pengakuan yang terpenuhi atau mendapat respons memberikan pengaruh yang definitif menyehatkan terhadap cara penyesuaian diri.

Individu yang dikondisi rasa inferior, kurang akan kepercayaan diri, ragu akan keyakinan, perasaan gagal atau kurang berprestasi pada umumnya akan terhapus atau terhentikan oleh suatu pengakuan yang sehat.

g.      Kebutuhan Akan Penyesuaian
Seseorang mendapat pengakuan dari lingkungannya, karena ada unsure-unsur yang dapat diterima kelompok atau lingkungannya. Unsure-unsur yang dapat diterima cenderung menunjukan antara lain menunjukan adanya perasamaan dan penyesuaian.

Kebutuhan akan persamaan yang mendapatkan pemenuahan secara baik akan memudahkan individu mengadakan hubungan sosial atau interaksi yang luwes dan lancar.

Untuk memenuhi kebutuhan (baik kebutuhan biologis ataupun kebutuhan psikologis), manusia melakukan tindakan-tindakan atau bertingkah laku.

Dalam garis besarnya tingkatan cara pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
*            Tingkah laku /atau bertindak dengan cara Refleks
*            Tingkah laku/bertindak dengan cara kebiasaan (habit)
*            Tingkah laku/bertindak dengan cara rasional dan emosional(belajar)

2.      Tugas dan perkembangan remaja
Pikunas (1976) mengemukaakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap pertengahan dan akhir masa remaja, yaitu;
*            Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan dengan fisiknya.
*            Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figure-figur otoritas Mengembangkan keterampilan dalam berkomunikasi interpersonal, belajar mwembina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu maupun dalam kelompok.
*            Menemukan model untuk identifikasi
*            Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-sunber yang adap ada dirinya.
*            Memperkuat control diri berdasarkan nilai –nilai dan prinsip-prinsip yang ada
*            Meniggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.
Dari tugas-tugas tersebut,tampak bahwa secara umum tugas perkembagan masa remaja berkaitan degan diri sendiri dan juga dengan sosial yang di hadapinya.semua perubahan yagn terjadi pada remaja dalam masa ini menuntut individu untuk melakukan penyesuaian di dalam dirinya,dan membentuk suatu sense of self yagn baru tentang siapa dirinya,untuk mempersiakan diri mengahadapi masa dewasa .

3.      Tugas - Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Havighurst (1953), merupakan hal yang penting bila anak dapat mengikuti dan berhasil dalam sebagian besar tugas- tugas pada waktu yang telah ditentukan. Sehubungan dengan tugas perkembangan, Havighurst (1953), mengemukakan suatu skema yang bersifat bio-sosio-psikologis. Hooker (1991) mengacu pada pendapat Havighurst yang mengemukakan bahwa pada dasarnya tugas- tugas perkembangan setiap periode perkembangan bersumber pada tiga hal yakni :

*            Fungsi dan struktur biologis dari individu (dasar- dasar biologis), misalnya : belajar mengontrol pembuangan, belajar menerima perubahan seks yang bersifat fisik pada remaja, belajar bertingkah laku yang sesuai dengan lawan jenis.

*            Ransangan atau tuntutan dari masyarakat serta tugas- tugas yang timbul terutama dari tuntutan masyarakat, misalnya : belajar membaca dan menulis, belajar menghargai milik orang lain, belajar menerima tanggung jawab dalam mengerjakan bagian seseorang dalam kegiatan kelompok.
*            Nilai- nilai dan aspirasi- aspirasi pribadi dan individu. Contoh: tugas- tugas yang muncul pada masa remaja akhir, terutama bersumber dari nilai dan motif dari individu, misalnya dalam hal memilih pekerjaan dan membentuk keyakinan beragama.
Havighurst mengakui deskripsi dari tugas- tugas yang dihasilkannya berdasarkan pada “nilai-nilai budaya demokratis pada masyarakat Amerika dari kelas menengah, dengan beberapa usaha untuk menampilkan hasil dari golongan bawah dan atas, dalam upaya untuk mendapatkan hasil yang bervariasi (1953). Havighurst merasakan bahwa dalam menggunakan pendekatan tugas perkembangan bagi pendidikan anak- anak, akan lebih berguna jika dapat membuat enam sampai dengan sepuluh tugas untuk tiap tahap perkembangan. Pada usia remaja terdapat pula tugas- tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi oleh individu. Konopka, 1973 (dalam Pikunas, 1976; Ingersol, 1989), secara umum membagi masa remaja manjadi tiga bagian, yaitu :
1. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak- anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Focus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

2. Masa remaja pertengahan (15-19 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Pada masa ini teman sebaya masih berperan penting namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self directed). Remaja juga meulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan- keputusan awal yang berkaitan dengan sekolah dan pekerjaan yang kelak ingin capai.

3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran- peran orang dewasa. Remaja pada masa ini memiliki keinginan yang kuat untuk menerima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa. Pada tahap ini remaja menjadi matang.

Bahasan mengenai apa yang akan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang individu, disebut tugas perkembangan (havighurst, 1972).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERAPI ADLER

Analisis Perubahan Tingkah Laku KONSELI SERING MENGHISAP IBU JARI

Reality Therapy William Glasser