Psikologi Individual



BAB I
PENDAHULUAN



A.   Latar Belakang Masalah
        
         Psikologi individual mempunyai arti yang penting, sebab cara untuk memahami tingkah laku manusia, pengertian seperti gambaran semu, rasa rendah diri, kompensasi, gaya hidup, diri yang kreatif, memberi pedoman untuk memahami semua manusia. Aliran ini tidak memberikan susunan yang teliti mengenai struktur, dinamika, serta perkembangan kepribadian, tetapi memalingkan perumusan petunjuk, praktis untuk memahami sesama manusia. Karena itulah justru dalam teori Adler ini punya arti yang sangat penting, karena hal-hal berikut ini:
1.             Penentuan-penentuan tujuan yang susila seperti
a.             ­Keharusan memikul tanggung jawab
b.            keberanian menghadapi kesukaran hidup
c.             mengikis dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan ke masyarakat.
2.             Optimismenya dalam bidang pendidikan, lain dari hal tersebut, pendekatannya secara psikologi sosial berarti membuka halaman baru dalam bidang psikologi kepribadian.
3.             Cara kemudian ini, kemudian banyak ditempuh oleh ahli-ahli lain seperti Erick Fromm (1941), Karen Homey, Henry Stack Sullivan (1953) dan lain-lain.

B.   Tujuan:
Makalah ini dibuat dengan tujuan:
1.      Dapat memahami teori Psikologi Individual.
2.      Dapat memahami perbedaan teori psikologi individual dengan teori yang lain.
3.      Dapat menerapkan psikologi individual saat proses konseling, jika masalah yang dihadapi konseli tepat ditangani dengan pendekatan ini.

C.   Perumusan Masalah

1.      Bagaimana hakekat manusia dalam psikologi individual?
2.      Apa perbedaan Psikologi Individual dengan pendekatan Psikoanalisa Freud?
3.      Bagaiman perkembangan struktur kepribadiannya?
4.      Apa gambaran perilaku yang sehat menurut Psikologi Individual?
5.      Bagaimana perilaku bermasalah atau menyimpang dalam Psikologi Individual?
6.      Apa tujuan konseling dengan pendekatan Psikologi Individual?
7.      Bagaimana proses konselingmya dan apa teknik yang digunakan?












BAB II
PEMBAHASAN

Walaupun aliran Psikologi Individual tidak memberikan susunan yang teliti mengenai struktur, dinamika, serta perkembangan kepribadian, tetapi memalingkan perumusan petunjuk, praktis untuk memahami sesama manusia. Akan tetapi disini kami akan mencoba memberikan pemahaman tentang Psikologi Individual baik mengenai hakekat manusia, perbandingannya dengan Psikoanalisa milik Freud, Perkembangan kepribadian, kepribadian yang sehat atau normal, kepribadian yang menyimpang, tujuan konseling, proses dan teknik konseling.

Hakekat Manusia

          Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial. mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial. Calvin S. Hall dan Gardner dalam A. Supratiknya (1993:241)
           
            Manusia tidak semata-mata bertujuan untuk memuaskan dorongan-dorongannya, tetapi secara jelas juga termotivasi untuk melaksanakan:
a.      Tanggung jawab sosial
b.      Pemenuhan kebutuhan untuk mencapai sesuatu.

Perbandingan antara Teori Adler dengan Freud
           
            Berbeda dengan teori Freud, teori Adler lebih bersifat optimistic, teori ini memberikan pencerahan tentang konsep kepribadian yang sebelumnya (Freud) terlalu kaku dan pesismistik. Sehingga seorang manusia lebih bisa mengembangkan kemampuan diri dengan sadar untuk mencapai tujuan, yang bukan hanya melulu didominasi kekuatan seksual dan pengalaman di masa kanak-kanak. Sehingga kita tidak diatur oleh kekuatan ketidaksadaran yang kita tidak dapat melihat dan mengontrolnya, kita membentuk kekuatan diri kita sendiri dan menggunakanya dalam cara kreatif kita untuk membangun gaya hidup yang unik atau berbeda dengan yang lainnya. Dan banyak orang yang menilai teori Freud adalah suatu penekanan universalitas dan kesamaan dalam manusia.
Perkembangan Kepribadian

Struktur kepribadian
            Adler yakin bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan interior, perasaan yang menggerakkan orang untuk bergerak atau berjuang menjadi superioritas atau menjadi sukses. Individu yang secara psikologis kurang sehat berjuang untuk menjadi pribadi superior, dan individu yang sehat termotivasi untuk mensukseskan umat manusia.

1)      Dasar kepribadian terbentuk pada usia empat sampai dengan lima tahun.
      Pada usia 4 atau 5 tahun, fikiran kreatif anak mencapai tingkat perkembangan yang membuat mereka mampu menentukan tujuan final, bahkan bayi sesungguhnya sudah memiliki dorongan (yang dibawa sejak lahir) untuk tumbuh, menjadi lengkap, atau sukses. Karena mereka kecil, tidak lengkap, dan kuat. Tujuan final semacam itu mengurangi penderitaan akibat perasaan inferior, dan menunjukkan arah menuju superiorita dan sukses. Tingkah laku yang tidak sesuai dengan tujuan menjadi superior, merupakn lanjutan dari tingkah laku parasit yang dibuat pad ausia 4 atau 5 tahun. 
2)      Pada awalnya manusia dilahirkan Feeling Of Inferiority (FOI) yang selanjutnya        menjadi dorongan bagi perjuangannya kearah Feeling Of Superiority (FOS).
      Bagi Adler, kehidupan manusia dimotivasi oleh suatu dorongan utama untuk mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Setiap tugas baru memunculkan inferiota yang dapat diredakan ketika orang itu mencapai tingkat fungsi yang lebih tinggi.
Secara khusus, perjuangan menjadi superior yang dilatarbelakangi motivasi sosial disebut perjuangan menjadi sukses. Adler yakin bahwa motif  utama setiap orang, pria dan wanita, anak dan dewasa, adalah untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi, dan kreatif. Karena itu Adler termasuk pelopor pendukung persamaan seks. Adler mengembangkan konsep masculine protest.
3)      Anak-anak menghadapi lingkungannya dengan kemampuan dasarnya dan     menginterpretasikan lingkungan itu.
4)      Dalam pada itu sosial interest-nya pun berkembang
5)      Selanjutnya terbentuk Life Style (LS) yang unik untuk masing-masing individu         (human individuality) yang bersifat :
a                Self-deterministik.
b               Teleologis.
c                Holistik.
6)      Sekali terbentuk Life Style (LS) sukar untuk berubah. Perubahan akan membawa      kepedihan. Prayitno (1998:51).

Kepribadian yang normal (sehat).
         Freud memandang komponen kehidupan yang normal/sehat adalah kemampuan “mencintai dan berkarya”, namum bagi Adler masalah hidup selalu bersifat sosial. Fungsi hidup sehat bukan hanya mencintai dan berkarya, tetapi juga merasakan kebersamaan dengan orang lain dan memperdulikan kesejahteraan mereka. Motivasi dimotivasi oleh dorongan sosial, bukan dorongan seksual. Cara orang memuaskan kebutuhan seksual ditentukan dengan oleh gaya hidupnya.
            Dorongan sosial adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, meskipun kekhususan hubungan dengan orang dan pranata sosial ditentukan oleh pengalaman bergaul dengan masyarakat. Rincian pokok teori Adler mengenai kepribadian yang norma/sehat adalah sebagai berikut:
1)             Satu-satunya kekuatan dinamik yang melatarbelakangi aktivitas manusia adalah perjuangan untuk sukses atau menjadi superior.
      Berjuang untuk superioritas, kata itu tidak diartikan bahwa setiap individu berjuang untuk berada diatas posisi atau wibawa orang lain. Aldler sering menggunakan kata perfeksion sebagai pengganti kata superioritas. Orang-orang berjuang untuk mencapai satu titik kesempurnaan yang mana juga disebutkan Adler lebih lanjut seperti penguasaan, berjuang untuk naik, peningkatan, sebuah usaha bergerak dari bawah keatas, atau pendorong dari minus ke plus.
      Perubahan-perubahan ini berbanding lurus dengan perutmbuhan fisik seorang manusia, tidak terpisahkan dan merupakan bagian dari hidup. Setiap hal yang kita lakukan, setiap tingkah laku yang kita perbuat adalah berdasarkan dorongan dari keinginan untuk mencapai superioritas tersebut. Kita tidak akan pernah lepas dari hal tersebut dikarenakan perjuangan untuk mencapai superioritas itu sendiri adalah bagian dari setiap individu dan merupakan bagian dari hidup. Setiap hal diperjuangkan untuk memperoleh Superioritas ini, untuk perfeksion. Menggunakan teori evolusi Darwin, Adler mengatakan bahwa semua entitas yang hidup—terutama manusia, menjalani hidupnya bergerak konstan menuju tujuan pemeliharaan serta peningkatan individu dan spesies. Dan tujuan ini dicapai dengan beradaptasi dan penguasaan terhadap lingkungan.
      Dibandingkan Freud yang melihat tingkah laku manusia secara kaku ditentukan oleh dorongan fisiologis dan pengalaman masa anak-anak, Adler melihat bahwa motivasi adalah istilah dari harapan untuk masa depan.

2)             Persepsi subjektif individu membentuk tingkah laku dan kepribadian
      Adler berpendapat bukan hereditas atau lingkungan yang menentukan kepribadian. Tetapi, cara kita mengalami “cara kita menginterpretasi pengalaman tersebut”) menyediakan dasar konstruksi kreatif bagi sikap kita terhadap kehidupan.
3)             Semua fenomena psikologis disatukan didalam diri individu dalam bentuk self.
4)             Manfaat dari aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang interes sosial
      Adler berpendapat bahwa manusia lebih dipengaruhi oleh dorongan sosial daripada dorongan biologis. Ia menganggap bahwa potensi minat sosial pada setiap individu itu ditentukan dari bawaan lahir, namun, tingkat potensi bawaan lahir ini besarnya tergantung pada sifat pengalaman anak sejak usia dini. Tidak ada manusia yang yang bisa melepaskan diri sama sekali dari orang lain atau kewajiban terhadap mereka. Sejak awal hidupnya, manusia telah berhubungan dengan manusia lain dalam keluarga, suku dan bangsa. Sebuah komunitas sangat diperlukan manusia untuk perlindungan dan untuk mencapai tujuan pertahanan. Jadi, hal itu selalu dibutuhkan oleh manusia untuk bekerjasama, dan kerjasama ini adalah apa yang Adler maksud sebagai minat sosial.
5)                Semua potensi manusia dikembangkan sesuai dengan gaya hidup dari self.
      Setiap hal yang kita lakukan dibentuk dan dijelaskan oleh gaya hidup kita yang unik; itu akan menentukan aspek apa yang akan kita pegang dalam lingkungan. Gaya hidup dipelajari dari interaksi sosial pada masa awal kehidupan. Menurut Adler, gaya hidup dibentuk pada umur 4-5 tahun yang kemudian akan sulit diubah. Gaya hidup juga dibentuk menjadi kerangka yang mengarahkan perilaku berikutnya. Sifat dasar gaya hidup akan bergantung pada urutan kelahiran dan pada sifat relasi orang tua-anak.
      Dalam tulisannya selanjutnya terdapat kepercayaan bahwa gaya hidup (the self) diciptakan oleh individu. Orang-orang menciptakan gaya hidup mereka dan dibentuk secara pasif oleh pengalaman masa anak-anak.
6)             Gaya hidup dikembangkan melalui kreatif individu. Alwisol (2006:78)
      Dengan kata lain, Adler berpendapat eksistensi kebebasan individu akan mengijinkan tiap orang membuat sendiri gaya hidup yang paling cocok diluar kemampuan dan pengalaman yang didapat dari lingkungan dan hereditas. Walaupun belum jelas bagaiamana self kreatif ini bekerja, Adler bersikeras gaya hidup kita tidak ditentukan untuk kita; kita bebas memilih dan menciptakan self-self kita sendiri. Pertama diciptakan, gaya hidup menyisakan nilai yang konstan sepanjang hidup dan merupakan karakter dasar kita yang menjelaskan sikap dan perilaku kita terhadapmasalah diluar.


Kepribadian yang menyimpang (TLSS)
1)      Sebab utama TLSS adalah perasaan FOI yang amat sangat yang ditimbulkan oleh:
a                Cacat mental atau fisik atau Inferioritas Organis
         Penelitiannya tentang inferioritas organis merupakan usaha pertama Adler yang dilakukan saat ia masih berada dalam kelompok Freud. Adler mengatakan bahwa cacat secara fisik atau cacat organ mempengaruhi perkembangan personal seseorang untuk mengkompensasi perasaan inferioritasnya. Seperti Adler sendiri yang berusaha mengkompensasi penyakit rakhitisnya yang merupakan inferioritas organis pada masa kecilnya.
b               Pemanjaan
Memanjakan anak juga dapat membawa pada kompleks inferioritas. Anak yang dimanjakan tentu daja merupakan pusat perhatian di rumah, dimana setiap keinginannya dipenuhi dan sedikit yang diabaikan. Dibalik persoalan anak yang secara alami membangun pemikiran bahwa dia adalah orang yang paling penting dalam setiap situasi dan orang lain harus menurut padanya. Anak manja memiliki sedikit—apabila ada—perasaan sosial. Mereka sangat tidak sabaran dengan orang lain. anak manja juga tidak mengatasi masalah yang mempunyai tingkat kepelikan yang cukup tinggi, dan sangat tidak sabaran dengan orang lain. Anak manja juga tidak dapat mengatasi kesulitan atau menyesuaikan diri dengan orang lain. Bila berhadapan dengan rintangan untuk mendapatkan kesenangan, mereka percaya bahwa ketidakmampuan mereka yang menghalangi mereka. Oleh karena itulah kompleks inferioritas berkembang.
c                Pengabaian
         Mudah untuk memahami bagaimana anak yang diabaikan—yang tidak diinginkan, atau bahkan ditolak—dapat mengalami kesulitan dalam mengembangkan kompleks inferioritas. Hal ini dapat diketahui dengan menelisik masa bayi mereka, kebanyakan dari mereka akan mempunyai masa bayi dan masa kanak-kanak yang kekurangan cinta dan rasa aman, dikarenakan orang tua yang acuh tak acuh atau bahkan orang tua yang memiliki rasa benci serta permusuhan. Hasilnya, anak dapat mengembangkan dengan baik perasaan tidak berharga, kemarahan, serta melihat dunia dengan pandangan yang skeptis dan penuh kebencian.
           
            Apabila ketiga hal diatas dibesar-besarkan maka FOI akan semakin berkembang. TLSS adalah hasil dari pengaruh lingkungan, yang pada umumnya berawal dari tingkah laku orang tua sewaktu masih kanak-kanak. Apabila pada diri individu berkembang situasi tegang karena memuncaknya perasaan FOI, maka TLSS mulai berkembang:
2)      Upaya mengejar superioritas yang berlebihan.
a                terlalu keras, hingga menjadi kaku (rigid).
b               Perfeksionistik tidak wajar.
3)      Sosial interes terganggu.
a                Hubungan sosial tidak mengenakkan.
b               Mengisolasi diri (selfish). Prayitno (1998:52).


Tujuan Konseling

            Tujuan konseling adalah membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life style (LS) serta mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dan dalam mengoreksi persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya. Hal ini dilakukan bertujuan membentuk gaya hidupnya yang lebih efektif. Prayitno (1998:52).

Proses dan Teknik Konseling

            Proses konseling diarahkan oleh konselor untuk mendapatkan informasi-informasi berkaitan dengan masa sekarang dan masa lalu sejak klien berusia kanak-kanak. Mulai dari mengingat komponen-komponen dalam keluarga, keanehan-keanehan prilaku yang terjadi didalam keluarga, sampai hal yang spesifik. Hal ini sangat membantu konselor dalam menghimpun informasi serta menggali feeling of inferiority (FOI) klien..Teknik yang digunakan oleh konselor adalah membangun hubungan yang baik dengan klien. Prayitno (1998:52).

Menurut Ansbacher dan Anbacher (Shertzer dan Stone:1980) ada tiga komponen pokok dalam proses konseling:
1.             Memperoleh pemahaman gaya hidup konseli yang spesifik, gejala dan masalahnya, melalui empati, intuisi dan penaksiran konselor. Dalam unsur ini konselor membentuk hipotesis mengenai gaya hidup dan situasi konseli.
2.             Proses menjelaskan kepada konseli, dalam komponen ini hipotesis gaya hidup yang dikembangkan dalam komponen pertama harus ditafsiran dan dikomunikasikan dengan konseli sehingga dapat diterima. Psikologi individual menekankan pentingnya membantu konseli untuk memperoleh tilikan terhadap kondisinya.
3.             Proses memperkuat minat sosial, konseli dengan menghadapkan mereka, secara seimbang, dan menunjukkan minat dan kepedulian mereka.


Psikologi Individual dalam Perspektif Islam

Tuhan Yang Maha Pemurah memberikan segenap kemampuan potensial kepada manusia, yaitu kemampuan yang mengarah pada hubungan manusia dengan Tuhannya dan yang mengarah para hubungan manusia dengan sesama manusia dan dunianya. Penerapan segenap kemampuan potensial itu secara langsung berkaitan dengan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Wujud ketaqwaan manusia pada Tuhan hendaklah seimbang dan lengkap, mencakup hubungan manusia dengan Tuhan maupun hubungan manusia dengan manusia dan dunianya.

            Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton.
Seperti tertuang dalam ayat berikut ini :
Artiya: “Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)

            Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.

Artinya:        “Berkata orang-orang tiada beriman:”Mengapa tiada diturunkan kepadanya   (Muhammad) sebuah mukjizat dari Tuhannya?”
Jawablah :    ”Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang    yang bertobat kepada-Nya.” (Ar-Ra’d :27)

                     Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada jiwa yang menjadi fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia yang memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing kearah mana seseorang itu akan menjadi, baik atau buruk.          

                     Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW, menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi.
Dalam hal ini Islam memberi perhatian pada proses bimbingan. Allah menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang beriman dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang tertuang pada ayat-ayat berikut :

Artinya:        “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada           kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar,          merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)

Artinya:        “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran        yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya           Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat    petunjuk”. (An Nahl:125)

                     Ada beberapa ayat yang lebih khusus menerangkan tugas seseorang dalam pembinaan agama bagi keluarganya.

Artinya:        “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari       api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya         malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah      terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu      mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At Tahrim:6)

Artinya:        “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (As-        Syu’ara:214)




























BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
      
         Dalam corak terapi ini perhatian utama diberikan pada kebutuhan seseorang untuk menempatkan diri dalam kelompok sosialnya. Masalah hidup selalu bersifat sosial. Fungsi hidup sehat bukan hanya mencintai dan berkarya, tetapi juga merasakan kebersamaan dengan orang lain dan memperdulikan kesejahtaraan mereka. Manusia dimotivasi oleh dorongan sosial. Dorongan sosial adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, meskipun kekhususan hubungan dengan orang dan pranata sosial ditentukan oleh pengalaman bergaul dengan masyarakat.
         Ketiga konsep pokok dalam corak terapi ini adalah rasa rendah diri usaha untuk mencapai keunggulan dan gaya hidup perorangan.Dengan demikian manusia bermotivasi untuk menguasai situasi hidupnya,sehingga dia mersa lebih puas dapat menunjukan keunggulannya,paling sedikit dalam bayangannya sendiri.Selam proses terapi  konselor mengumpulkan informasi tentang kehidupan konseli di masa sekarng dan masa lampau sejak berusia sangat muda,antara lain berbagai peristiwa dimasa kecil yang masih diingat,urutan kelahiran dalam keluarga,impian-impian,dan keanehan dalam berperilaku.

B.   Saran
1.      Setiap orang memiliki perasaan interior, perasaan yang menggerakkan orang untuk bergerak atau berjuang menjadi superioritas atau menjadi sukses. Hendaknya perjuangan untuk menjadi sukses tersebut tidak terlalu berlebihan, disesuaikan saja dengan kemampuannya.
2.      Perjuangna menjadi sukses bukanlah menjatuhkan orang lain, tapi bersama-sama dengan orang lain tersebut untuk mendapatkan sukses bersama, karena kita hidup dalam lingkunagn sosial.
3.      Orang tua sebaiknya memikirkan cara yang tepat dalam mengasuh buah hatinya, sebab sikap orang tua yang salah seperti pemanjaan dan mengabaikan dapat menyebabkan anak berperilaku menyimpang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERAPI ADLER

Analisis Perubahan Tingkah Laku KONSELI SERING MENGHISAP IBU JARI

Reality Therapy William Glasser